ODE UNTUK SANG BOHEMIAN
Mengenang Penyair Ari Setya Ardhi
tempatku duduk bersandar terpaku pun amatlah jauh dari negeri dimana engkau mempertimbangkan kesunyian
bahkan tembang antar benua yang kau senandungkan lewat huluran kata-katamu pun tak pernah kudengarkan utuh,
walau selirih pun
pagi itu, lembar-lembar kisah dalam majalah sastra ibu
tentang sang pelopor muda yang bijak merenungi senja
tentang sang maestro yang tiada mewariskan apa selain arif yang dilapis kata
warisan yang ternyata dengan magisnya menarik asaku turut serta bersama gumam-gumam yang terus mendengung dari manusia-manusia yang merasai arifmu
KEMBALI KE TANAH KELAHIRAN
Mengenang Ramadhan K.H
Malam di Berlin tak
karena pelukisnya tak lagi mampu menggenggam kuas kehidupan
Keluarga Permana pun tak lagi berinduk semang
karena peniup nafasnya tak lagi bisa menghirup aroma tanah kelahiran
dalam keremangan pelita negeri sang pujangga mengundurkan diri
disapu bahtera langit yang telah lama menanti
Priangan Si Jelita barangkali tak sempat juga merasakan lambaian terakhirmu
dalam keremangan pelita negeri engkau kembali ke pangkuan asal
ke pelukan asal
tak ada lagi yang menguak dunia
tak ada lagi yang mendongengkan kemelut hidup
tak ada lagi yang mengibarkan royan revolusi,
dan mengunjungi ladang perminus
hanya tinggal tiup angina
yang
tentang dongeng romansa kisah sang pujangga
0 Comments:
Post a Comment
<< Home